Ternyata WN Malaysia itu Keturunan “Indonesia”

Alhamdulillah, modem broadband saya kembali berfungsi dengan baik sehingga intraksi dengan teman2 di dunia maya kembali normal tidak ketinggalan kompasiana.blog ini. Saya tidak begitu tertarik ikut-ikutan menulis tantang suasana politik yang sedang panas untuk memilih pemimpin 5 tahun kehadapan, harapan saya mudah-mudahan kita bisa memilih pemimpin yang bukan saja baik,sopan tetapi juga progresif,mandiri,membuat terobosan yang berani seperti Dr.Muhathir dan Lee kuan…sehingga mampu menjawab tantangan dan rintangan yang sedang melanda negara ini terutama masalah pengangguran sehingga kita mampu mengurangkan pengiriman TKI atau menjadi tuan sendiri dalam negeri. Saya berbesar hati karena tulisan sebelumnya ada dari negeri jiran kita ikut berpartisipasi dalam berkomentar, tentunya kompasiana bukan hanya bacaan orang Indonesia tetapi juga orang luar negeri. harapan saya kompasiana kehadapan lebih progresif disetiap aspek bukan hanya kepada isu2 semasa. lontaran kritikan atau kekecewaan yang melanda TKI di Malaysia khususnya bukan tidak beralasan atau dengan istilah tuduhan yang nakal.


saya dilahir di Bone Indonesia tetapi semasa kecil sudah ikut bersama keluarga merantau ke Sabah Malaysia (sebelum Sabah bersatu dgn tanah Melayu keluarga sudah banyak dan lama menetap).

1.saya menerima pendidikan dasar di Pamol estate tahun 1982 hingga 1987(karena alasan waktu itu mutu pendidikan Indonesia masih baik dan rasa nasionalisme orang tua masih tebal sehingga mengirim saya kembali keIndonesia belajar sehingga ke UN) dimana saat itu saya rasakan tiada perbedaan antara anak dari Indonesia dengan penduduk lokal dalam keadilan pendidikan( mungkin saja karena org lokal tidak sampai 15%) baik dari segi fasilitas atau lainya, mungkin karena kerajaan negeri( pemerintah tingkat I) dibawah BERJAYA kemudian BPS sehingga sistem pemerintahan masih menggunakan sistem british, setelah UMNO dan BN nasional masuk ke SABAH disinilah mulai terjadinya pertukaran sistem sedikit demi sedikit tempias/effect banyak menimpah rakyat WNI( mungkin encik Nazri memprotesnya tapi lihat Serawak begitu stabil dalam masalah pendatang tanpa izin).

2. Pada masa Pemerintahan negeri (Tingkat I) dibawah BERJAYA(parpol) dimana ketua menteri Haris Saleh, pekerja illegal dari Indonesia kurang karena kebijaksanaan masih mewarisi system pengurusan ala british, pekerja yang mempunyai keluarga(sudah menikah) maka ia bisa membonceng/menjamin sama isteri dan anaknya dengan bayaran levi yang berpatutan( untuk sang suami saja), sehingga isteri pun ikut bekerja tanpa potongan levi , layanan kesehatn gratis,cuti persalinan 3 bulan dgn bayaran gaji bagi perempuan yang bekerja. Keadaan berubah pada awal 90-an dibawah pentadbiran pusat(BN), semua pekerja diwajibkan mempunyai passport tersendiri dan levi tersendiri ditambah bayaran lebih mahal kemudian peraturan semakin menekan pekerja seprti tak boleh pindah majikan, inilah menyebabkan terjadinya pekerja illegal(bukan pendatang illegal karena ia datang secara resmi , dgn sebab tertentu factor mencari gaji lebih tinggi,keselesaan/keserasian tempat kerja akhirnya terjadilah pekerja2 illegal).

3. Keadaan ini semakin bertambah buruk apabila anak2 keturunan Indonesia tak bisa lagi sekolah sperti saya dan keluarga perna kecapi, sehingga tercipta generasi tak perpendidikan dan taraf kependudukan dimansuhkan padahal mereka lahir dan membesar di Malaysia, dengan keadaan ini pihak KBRI di beri tanggung jawab untuk menyelesaikan anak pekerja yang lahir di Malaysia dengan memberi passport(inipun rawan terjadi manipulasi di KBRI) dengan harapan mereka bisa mencari kerja dan membayar levi. Tentunya orang tua merasa bersyukur yang melahirkan anak pada era 70-an dan 80-an karena anak tersebut bisa disekolahkan dan diberiakan taraf kewarga Negara sehingga banyak menjadi pejabat Am(PNS) dan juga berhasil disektor swasta.

4. Karena tingkat kesejahteraan mereka bisa dianggap lebih tinggi dgn penduduk lokal sehingga muncul kecemburuan social dikalang penduduk local tersebut padahal kelokalan mereka juga dipertanyakan(bajau masih keturunan Indonesia atau Flipin, Banjar, tidung, bulungan dll semua masih keturunan Indonesia, Kadazan,dusun,murut, dayak semua masih sperti orang pedelaman Indonesia), ini mendorong terjadinya ketidak adilan dengan alasan melindungi kepentingan pribumi padahal ekonomi pribumi(Melayu) digerakkan anak bekas dari Indonesia terutama Sulawesi untuk bersaing dgn non pribumi terutama di bandar2/kota penting. Dengan kecemburuan itu banyaklah keturunan Indonesia tidak diakui sebagai penduduk Sabah, padahal mereka juga tidak mengenal Indonesia karena jauh sebelum Sabah bersatu dgn Tanah Melayu menjadi Malaysia orang tua dan datul/neneknya sudah masuk dan bekerja di Sabah( sy tidak tahu kalau di semenanjung).

5.ini mungkin sensitive tapi ini demi kebenaran saya terpaksa mengumukakan, setelah peristiwa 13 mei (rusuhan kaum) muncullah kekuatiran peta perpolitikan Melayu akan terhakis keistimewannya, maka itu melalui kerja sama secara illegal(karena rahasia) antara Bung Karno dan Tengku Abd.Rahman untuk mengimbangi keadaan tersebut, maka diambillah orang Indonesia dari Pulau Jawa secara besar2an tetapi berskalah untuk dikirim ke semenanjung Malaysia diberikan tanah perkebunan FELDA dan kewarga negaraan(mungkin saja Orang tua Nazri dan Khir Toyo) agar Malaysia tidak hilang jati diri seperti singapura,, Inilah yang mendorong Bung Karno berlembut dengan Tengku Abd. Rahman menyetujui Sabah dan serawak bersatu dengan Tanah Melayu menjadi Malaysia agar kekuatan Melayu dan pribumi bisa dipertahankan sesuai dengan perlembagaan, padahal sebelumnya begitu keras dengan “GANYAM MALAYSIA”. Dengan rasa Melayu nusantara akhirnya Malaysia bisa diwujudkan dengan sokongan secara rahasia Bung Karno agar wilayah Nusantara bisa terselamat dengan jati diri melayu.(kalau kita mau telusuri sejarah peranan melayu dari Indonesialah yang menjadikan Malaysia tidak kehilangan jati diri, lihat gelaran teuku berubah menjadi orang Tengku, karena pertuturan bugis susah menyebut Teuku akhir berubah menjadi Tengku dan raja).

Mungkin ini saja sementara waktu, tetapi tunggu tulisan berikut mungkin agak panas mengenai perbatasan/sempadang akibat perbalakan haram dari Malaysia.

Untuk teman2 di Malaysia..” mengatakan sesuatu kebenaran kadang kalah pahit, tetapi itu untuk meluruskan sejarah itu sendiri”

Untuk teman2 di Indonesia ini balasan dari saudara kita di Malaysia Encik/Tuan Nazri Yahya…
1. Kepada Encik Haspa dan semua,

1. Baguslah kalau En Haspa bekerja di Malaysia atau KL mungkin. Itu menujjukan bahawa expat dari tanah abang berkualiti dan boleh bersaing dengan sesiapa sahaja. Saya pernah berkelana dan bekerja di USA selama masih bujang iaitu dari tahun-tahun 1994-1997 dan merasai kehidupan pelajar di Canada tahun-tahun sebelumnya.

2. Saya adalah kontraktor yang menggunakan banyak pekerja-pekerja tempatan dan luar terutama TKI, Banga dan Vietnam.

3. Cuba tuan jadi saya dan tuan menuduh negara saya melayan TKI sebagai hamba? Saya sudah katakan tuduhan itu liar dan tidak bertanggungjawab sekali! Sepanjang saya hidup di Malaysia ini tidak ada manusia hamba yang saya temui di sini tetapi manusia yang diinaya mungkin banyak.

4. Memang saya pelajar yang belajar dari British tetapi semua orang Malaysia bencikan mereka kerana mereka penjajah dan memeras tenaga orang Melayu. Benci bukan bernmakna tidak boleh belajar dari mereka sebaliknya kita mesti belajar dari sesiapa pun jika mereka lebih pandai dari kita. Jika Singapura lebih pandai dari kita dalam bidang engineering maka kita belajar dari mereka. Tidak bererti itu menyanjung orang Singapura.

5. Bapa saya adalah Jawa dan ibu saya adalah Minang. Najib adalah Bugis tentu Pak Haspa bangga orang keturunan bugis jadi perdana menteri negara ini. Dilantik sahaja terus ke Indonesia mengadap ‘SBY’ dan kemudian ke Sulawisi ‘bertemu keturunan’. Apa maknanya itu? Kalau itu tidak menghormati ‘abang’ apa maknanya? Lebih baik Najib ke London atau Singapura jika menurut sangkaan Pak Haspa.

6. Arkitek dan Engineer dari Indonesia yang saya enggaged pernah belajar dari UKM. Mereka profesional dan mampu bekerja dengan baik. Kerana mahu menolong rumpun sendiri lah maka saya memilih mereka. Tetapi bukan sebab rumpun itu sahaja kreteria pemilihan tetapi keupayaan mereka bekerja lah sebab sebenar mereka dipilih.Bukan tidak ada TKI yang saya gunakan sekarang malah ada. Tetapi TKI berpermit baru adalah hijau dan perlu latihan yang pesat untuk memahami drawing kerana ketidakupayaan membaca dalam bahasa Inggeris.

7. TKI perkebunan Sabah. Bapa saudara saya adalah pengurus besar Felda. Menurut beliau yang menjadi masalah ialah TKI illegal. Bila terjadi kecelakaan ia mengundang masalah kerana hospital awam kerajaan tidak boleh menerima ‘admission’ mereka sebagai pesakit. Ini adlaah kerana undang-undang di Malaysia begini. Malah mana-mana negara pun mempunyai undang-undang yang sama.

TKI Illegal juga mengundang peluang untuk majikan-majikan yang jahat untuk memanipulasi mereka. Mungkin ini lah permasalah yang paling besar di mana-mana. Setahu saya di Semenanjung jarang berlaku seperti ini lagi kerana jika tertangkap majikan akan dipenjara dengan sebatan.

Sepertinya kasus Siti Hajar. Saya kesalkan juga beliau kenapa sesudah tiga tahun baru kabur? Sebaik nya terjadi sahaja kezaliman terus lapor ke KBRI atau polisi. Habis perkara. Di sini jerit sahaja kepada jiran yang dia diinaya pasti jiran menalifon polisi. Pasti majikannya sudah lama dipenjara. TKI perlu tahu menjaga diri sendiri dirantau orang. Itu hak mutak TKI.

8. Begini lah Pak Haspa, baik saya berterus terang. Malaysia pun mempunyai masalah dalaman.

Orang Melayu tidak mempunyai masalah dengan orang Indonesia. Tetapi orang Cina dan India mempunyai masalah dengan orang Indonesia yang menjadi PR di sini. Dalam perlembagaan Malaysia sesiapa yang beragama Islam, bertutur bahas Melayu dan mengamalkan cara hidup orang Melayu adalah peribumi. Dan orang Melayu mempunyai hak istimewa dalam perlembagaan. Jadi jika orang Indonesia berkahwin dengan lokal, anak terus Melayu. Terus dapat hak istimewa - biasiswa pelajaran free, kemudahan banyak, dll . Nanti saya jelaskan kenapa perkara ini sensitif.

Saya bersetuju jika masuk secara legal dibolehkan anak-anak bersekolah di sekolah kerajaan. Mungkin inilah satu peluang kerajaan Indonesia boleh ‘tuntut’ dari sang adik. Tetapi ia akan jadi satu isu besar disini dan perlu ditangani secara halus supaya ketegangan kaum tidak meletus.

Secara peribadi, saya sangat bersetuju kalau ini boleh terjadi.

Saya akan sambung kerana sekarang perlu ke kebun memetik buah durian. Pak Haspa, saya akan sambung sejurus pulang dari kebun ya.

9. ok sudah pulang dari kebun. Banyak buah durian tidak laku dijual. Mungkin Pak Haspa kalau ada kelapangan boleh melawat ke dusun keluarga kami. Boleh mikmati buah sambil berdebat lagi.

10. Suatu masa dahulu sekitar 1940-an pembentukan Malaysia, disebabkan kedatangan kaum Cina dan India bilangan Melayu di semenanjung hanya menjadi minoriti 49% dan bilangan cina/india 51%.

Itulah sebabnya Tengku Abdul Rahman mengalakkan kemasukan Sabah dan Sarawak ke dalam Malaysia untuk menambah bumiputra. British tidak mahu memberikan kemerdekaan jika pendatang-pendatang ini tidak tentu kewarganegaraannya. Akhirnya terbentuk Malaysia dengan posisi kaum - Melayu/bumiputra 55%, Cina 30%, India 15%.Barganing power kaum lain ini menyebabkan sifat otomatis Indonesia menjadi warganegara terhalang.

11. Selepas konfrantasi, Sokarno banyak menolong Malaysia melalui pengiriman warga dan berkahwin atau PR Indonesia terus menjadi Melayu. Itu sumbangan tidak lansung dari Indonesia ke tanah semenanjung ini. Tapi sumbangan terbesar Sukarno ialah menjadikan bahasa Melayu asas kepada bahasa Indonesia menjadikan orang Melayu Malaysia merasa kuat kerana pemakainya besar.

Pernah satu masa, buku sekolah mengunakan bahasa pengantar Inggeris dan bahasa nusantara ini akan berkubur di Malaysia seperti di Singapura. Kalau tidak ada kuatnya sokongan menjadikan bahasa Melayu sebagai ‘bahasa semua perkara’ pasti sekarang Pak Haspa akan bertutur dengan orang Melayu sini menggunakan English seperti di Singapura.

12. Sudah melalut saya bercerita, beginilah ya…. janganlah menyebut perhambaan kerana ia melukakan. Datanglah beramai-ramai berkerja ke sini kerana disini banyak peluang. Siapa yang rajin dia akan berjaya. Tapi datang lah secara sah pasti lebih terjamin.

13. Indonesia sebenarnya punya bargaining power dalam TKI dan saya bersetuju dibuat tindakan susulan yang mejamin keselamatan TKI. Tetapi jangan dengan suara mengancam dan menerbitkan Malaysia tertekan.

Menteri sumber manusia berkata jika TKW dihentikan, Malaysia akan mencari sumber baru. Harap itu tidak berlaku.

14. Indonesia mesti meminta jika majikan Cina, perlu jaminan asas-asas Islam dihormati. Angkatan Belia Islam Malaysia (ABIM) mengutuk majikan Cina tersebut apabila Siti Hajar diberi makanan tidak halal dan hak-hak Muslim tidak dihormati.

Indonesia mesti meminta jaminan ini dimasukan kedalam klausa kontrak. Malaysia pasti dapat menerima dan menekan Cina-Cina ini menghormati hak-hak ugama.

Untuk Encik Nazri, tentang kebanggaan Najib sebagai orang bugis saya hanya bisa mengatakan d engan Filsafat Bugis” DIASEKKA TENNA RUMPUI, JAWAKA TENNA ITTIRI” yg bermasud” DIATAS KU TAK KENA ASAPNYA, DIBAWAH KU TAK DITITISI” atau mungkin lebih jelas” APAPUN DAN SIAPAPUN BELUM TENTU MEMBERIKAN MANFAAT KEPADA SAYA DAN ORANG BUGIS Amnya”…maka itu maaf kebanggaan itu saya simpan “DALAM DOMPET DULU”…

Sekian

HM.Amin Said Patangkai (HASPA)
Di ufuk timur Malaysia tempat rumah dan negara kedua keluarga saya