Memaparkan catatan dengan label Makanan Tradisi Masyarakat Bugis. Papar semua catatan
Memaparkan catatan dengan label Makanan Tradisi Masyarakat Bugis. Papar semua catatan

Si Hitam Manis Dari Bugis


 

Oleh Daeng Gassing

Hari pertama masuk kantor selepas libur Idul Fitri. Seperti biasa, semua orang saling bersalam-salaman, memohon maaf dan saling memaafkan. Tak lupa bertukar cerita seputar perayaan Idul Fitri. Seorang teman yang baru saja mudik dari kampung halaman menyodorkan beberapa biji tape ketan hitam, kontan air liur saya terasa membasahi rongga mulut. Tape ketan hitam adalah salah satu panganan favorit saya yang biasanya banyak beredar di seputaran Idul Fitri.

Orang Bugis-Makassar menyebutnya tape saja, sementara orang Jawa biasa menyebutnya tape ketan hitam karena di beberapa tempat di Jawa, tape berarti singkong yang diragi. Di Makassar, singkong yang diragi itu disebut poteng. Tape ketan hitam- atau yang selanjutnya disebut tape saja – adalah  salah satu makanan khas lebaran bagi orang-orang Bugis. Sebenarnya makanan yang rasanya kecut plus manis ini tak hanya ada di hari raya, tapi sepertinya hari raya kadang rasanya tak lengkap tanpa tape.

Di Sulawesi Selatan tape juga lebih identik dengan suku Bugis meski di beberapa tempat di basis warga suku Makassar kadang ada juga yang menyajikan tape di hari lebaran. Beberapa kabupaten yang dihuni warga bersuku Bugis seperti Barru, Pare-Pare, Pinrang, Sidrap, Soppeng, Sengkang dan Bone dikenal sebagai produsen tape terbaik di Sulawesi Selatan.  Tak heran jika banyak pemudik yang baru saja kembali dari daerah-daerah itu selalu membawa serta tape sebagai oleh-oleh untuk para tetangga atau teman di kota Makassar.

Membuat tape ini gampang-gampang susah. Tidak sembarang orang yang bisa membuat tape dengan kualitas

Buras juadah istimewa Aidiladha

Keratan akhbar ini diperolehi daripada Utusan Malaysia yang bertarikh 28 November 2009 (Sabtu).

Buras jamuan tradisi hari raya masyarakat Bugis di Labuan

Sambutan hari raya Aidil Adha dan Aidil Fitri tidak akan lengkap sekiranya makanan tradisi masyarakat Bugis di Labuan tidak disajikan dengan buras mahupun tapai. Buras yang diperbuat daripada beras atau pulut (pulut putih atau hitam) yang dibaluti dengan daun pisang, dikukus selama 6 jam. Kalau masa dulu, ianya dikukus menggunakan kayu api tetapi sekarang hanya menggunakan dapur gas. Kebiasaannya buras akan dimakan bersama ayam masak likku (lengkuas) dan kalau ada tapai lagi bagus.

sedang menggaul beras bersama santan dengan api yang
perlahan (sehingga santan telah meresap dalam beras). Awas kena hati2
sebab nanti hangus pula di bahagian bawahnya.

Daun pisang sedang dilap untuk membersihkannya dari kotoran debu.

Daun pisang mudah untuk lapisan dalam buras. Untuk daun pisang tua di bahagian luar.

Inilah bentuk buras yang telah siap diikat.

Dan inilah buras yang telah siap dikukus selama 6 jam dan sedia
untuk dimakan bersama ayam masak likku (lengkuas)

Dan ini pula tapai, ada 2 jenis sama ada guna beras pulut putih atau pun pulut hitam.