Sutra Bugis Melambai di Rusia

ST.PETERSBURG-- Diplomasi budaya melalui adibusana tidak pernah mencapai titik jenuh. Eksplorasi dan promosi kekayaan aneka produk bahan nusantara di luar negeri malah terkesan kurang galak. Tidak heran bila tiba-tiba sutra bugis dan tenun ikat mendapatkan apresiasi demikian tinggi di St. Petersburg, Rusia dalam siaran pers yang diterima redaksi Republika Online, Jumat (28/8)

Rangkaian fashion show Indonesia yang diprakarsai Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) Moskow di panggung Petrogradky rayon, Selasa (25/8) tersebut memang cukup langka. Sebanyak 40 gaun wanita dan pria dipentaskan cukup elegan oleh peragawan dan peragawati Rusia yang semampai. Dan ternyata, gaun berbahan asli Indonesia itu terlihat enak dan pas dikenakan oleh menekin Rusia yang bekulit putih sehingga setiap kali tampil maka 500 penonton memberikan apresiasi tepukan yang meriah.


Kali ini, bukan batik yang mendominasi, melainkan gaun sutra dan tenun ikat. Pilihan ini memang tidak salah karena batik sudah cukup dikenal, sering dipamerkan dan bahkan beberapa pembatik Rusia belajar langsung ke Yogyakarta bulan lalu. Sementara, sutra dan model tenun ikat masih harus berjuang mendapatkan pengakuan seiring dengan persaingan bahan yang mirip dari berbagai penjuru dunia. “Inilah pentas unjuk gigi,” kata Dubes Hamid Awaludin.


Uniknya, berbagai adibusana yang ditampilkan banyak yang bernuansa Bugis. Garis-garis yang tebal dan tegas serta warna-warna lembut telah memberikan suatu kesan yang elegan di atas panggung. Sedangkan warna yang menyala mensinyalkan aneka keberanian sang perancang dalam melakukan eksperimen bahan. Selain itu, dalam setiap rancangan penampilan memperlihatkan karya tata busana yang mengutamakan unsur seni dan teknik cutting yang relatif universal.


Kekuatan dari penampilan adi busana kali ini adalah keberanian sang perancang, Toto Supangat, dalam melakukan eksperimen warna-warna yang kadang sering berlawanan sehingga menciptakan nuansa keceriaan yang sangat pas dengan musim panas yang sedang dijalani oleh bumi bagian utara. Sedangkan siluet pada beberapa gaun dan selendang membawa para penonton pada suatu suasana yang konvensional dan sedikit magis.


Khusus tenun ikat yang dipanggungkan, tampaknya Toto tidak terlalu galak dalam bereksperimen. Ia hanya memadukan satu dua model tenun saja. Dalam hal ini, kekuatannya terpatri pada teknik design serta perpaduan dengan warna kulit dan tinggi sang pragawati.


Tampaknya, kesulitan lain yang juga sering didapati oleh para perancang adalah masalah fitting terhadap peragawati yang kurang diketahui sebelumnya. Meski demikian, hal tersebut mampu ditutup dengan pemaduan busana dengan model yang memang memiliki karakter yang sama.


Melalui pengalamannya di beberapa industri mode di beberapa merek terkenal seperti McQueen, Benetton dan perjalanan karirnya di banyak negara tampaknya Toto Supangat terus melakukan eksperimen dengan bahan lokal yang memang kaya warna. Sutra Bugis yang tidak lecek misalnya, dicoba diangkat di pentas yang lebih tinggi. “Kekayaan kita masih banyak yang terpendam. Kita perlu eksploitasi secara all out,” katanya.


Menurut Counsellor KBRI Moskow, M. Aji Surya, rancangan kegiatan fashion show juga di-matchingkan dengan penampilan tarian Gandrang Bulo yang berasal dari Sulawesi Selatan. Tarian dimainkan anak-anak di bawah 10 tahun tersebut menggunakan gaun khas baju panjang warna biru serta passapa (kopyah panjang) warna merah serta sarung Bugis. Keceriaan permainan khas anak-anak menambah suasana Sulawesi menjadi semakin kental. 


Dengan dibantu oleh Ichsan Syahban, Toto Supangat senantiasa malang melintang dalam berkarya bagi para selebriti dan kalangan tertentu di tanah air. Pengalamannya di Rusia kali ini, katanya akan lebih memperkaya racikannya di masa-masa mendatang.