Kisah Sawerigading Jadi Cermin Budaya Bugis



MAKASSAR, KOMPAS.com--Pengamat budaya dari Universitas Negeri Makassar, Prof Dr Muhammad Rapi Tang, menilai bahwa kisah mengenai pelayaran Sawerigading yang tertuang dalam sastra La Galigo menjadi cermin nilai-nilai budaya masyarakat Bugis.

"Banyak nilai-nilai budaya yang terkandung dalam kisah pelayaran Sawerigading ke negeri China untuk mencapai tujuan hidupnya," ungkapnya di Makassar, Selasa.

Menurut dia, kisah pelayaran Sawerigading tersebut merupakan cerita rakyat Bugis yang secara khusus bertema kekerabatan.



Artinya, inti persoalan dalam kisah ini adalah hal ikhwal kekerabatan dengan berbagai macam norma atau tata nilai serta persoalan yang melingkupinya.

"Salah satu simbol yang tercermin dalam kisah ini adalah usaha dan kerja keras guna mewujudkan hasrat yang menjadi tujuan hidup, yakni kebahagiaan lahir dan batin," tuturnya.

Dalam kisah tersebut dituliskan bahwa pelayaran Sawerigading dipenuhi hambatan serta tantangan, dan bahkan hampir tidak ditemukan ketenangan hingga ia sampai di negeri China.

Tantangan dan hambatan tersebut tidak bisa menggoyahkan semangat untuk bisa mencapai tujuan yang diinginkan.

"Secara umum, cerita ini juga menjelaskan bahwa laut adalah simbol kehidupan bagi masyarakat Bugis, dan perahu adalah sarana yang dapat mengantarkan dalam meraih tujuan hidup," katanya menambahkan.

Tidak hanya itu, berbagai peristiwa hidup yang dikisahkan juga mencerminkan budaya penegakan hukum, dimana pelanggaran terhadap hukum dianggap sebagai suatu kezaliman.

Budaya perdagangan yang juga disampaikan dalam cerita ini tidak semata-mata bermakna usaha untuk mencari keuntungan materi semata, melainkan juga menjadi sarana untuk berinteraksi dengan masyarakat lain.

"Hal fundamental dari tema kekerabatan pada kisah ini adalah mengenai norma dan tata nilai yang dianut dan dipatuhi, meskipun dalam implementasinya mengandung konsekuensi moril dan materiil dengan segala kompleksitasnya," jelasnya. -ANT

Kredit kepada: http://oase.kompas.com/