Kenalkan Sulsel di Mata Dunia Lewat Sutera

Laporan on the spot Muhammad Taufik aufik Wartawan Tribun Melaporkan dari Singapura
 

KATA Bugis tak asing bagi warga Singapura. Terbukti dengan adanya distrik Bugis Junction atau Bugis Street yang merupakan salah satu jalan yang cukup ramai dan dilengkapi pusat perbelanjaan. Bugis Junction cukup terkenal sebagai salah satu tempat favorit belanja oleh-oleh murah di Singapura.

Namun demikian tak semua warga Singapura mengetahui letak persis keberadaan wilayah Bugis secara geografis.

Syam Halim misalnya. Ia salah seorang warga Singapura yang mengaku berketurunan suku Bugis. Ia mengatakan bahwa nenek moyangnya adalah orang Bugis, tapi dia menyatakan bahwa suku Bugis itu terletak dekat  Timor Timur.

"Datuk ku sering cerita bahwa mereka adalah keturunan Bugis. Mereka melarikan diri ke Singapura di zaman penjajahan Nippon. Banyak orang indo lari ke Singapura saat itu karena tak tahan ditekan penjajah Nippon. Bugis itu dekat Timur Timor ya," kata Syam yang berprofesi sebagai supir taksi selepas purna bakti sebagai karyawan di Maskapai Penerbangan Singapura Airline.

Syam salah seorang dari banyak warga etnik Melayu atau etnik lainnya yang sangat mengenal lika-liku Bugis Street tapi tak tahu dimana letak wilayah Bugis berada di antara beribu-ribu pulau di Indonesia.

Menyadari hal itu, Badan Penanaman Modal Provinsi Sulawesi Selatan melakukan promosi sutera dan komoditas unggulan  Sulawesi Selatan pada Wedding Food and Shopping Paradise 2010 serta South Sulawesi Silk Festival yang berlangsung di Gedung Singapore Expo, 23-26 Desember 2010 di District Changgi, Singapura. 

Kegiatan ini merupakan pameran terbesar di Singapura, dimana pada tahun ini menargetkan 200 ribu pengunjung atau meningkat dari tahun sebelumnya yang mencapai 150 ribu pengunjung. Target transaksi selama empat hari pameran mencapai sekita Rp 10 miliar.

CEO Orange Syah Ibrahim selaku pelaksana kegitan ekspo mengatakan, rombongan South Sulawesi Silk Indonesia pada kegiatan ini bukan hanya hadir sebagai peserta pameran akan tetapi juga sebagai peengisi acara.

Semua tak lepas dari Sulsel yang merupakan daerah pontensial untuk investasi khususnya sutera,  pasca Cina selaku pengimpor sutera terbesar  di Asia termasuk Singapura karena mengalami penurunan produksi akibat perubahan iklim.

"Dengan demikian, kami berharap Sulawesi Selatan dapat mengisi kekurangan tersebut. Kami pun melihat banyak potensi di Sulsel, namun orang Singapura atau pengusaha yang suka cari  informasi bisnis di Singapura belum begitu tahu  letak dan potensi investasi apa yang bisa ditanamkan di Sulsel," kata Syam.

Rencananya pada Maret 2011 mendatang  dia akan membawa pengusaha dari berbagai usaha dan media massa  Singapura ke Sulsel untuk menjajaki peluang  usaha di Sulsel.

Penerbangan Langsung

Guna mempermudah arus investasi di Sulsel, pengusaha Singapura dan  Pemprov Sulsel tengah mencoba melobi manajemen Garuda untuk membuka penerbangan langsung Makassar-Singapura. Hal ini bertujuan mempermudah investasi dan pengenalan Sulawesi pada pengusaha dan masyarakat Singapura.

Kepala Sub Promosi BKPD Sulsel Devo Khadaffi  menyatakan, berdasasarkan hasil pertemuan pihak investasi Singapura  dengan pihak Garuda, pemerintah Sulsel akan menjajaki kemungkinan dibukanya kembali penerbangan Garuda Makassar-Singapura. Meski Sebelumnya, maskapai Silk Air pernah   membuka penerbangan langsung  Makassar-Singapura, namun karena alasan minimnya penumpang dan kondisi keamanan, membuat penerbangan tersebut ditutup.

"Rencana Garuda akan buka penerbangan langsung  Makassar-Singapura tinggal menunggu restu dari kedua belah pihak. Dengan penerbangangan langsung, biaya lebih murah. Selain itu, di bandara Changi Singapura juga akan dipasang logo Sulawesi," kata Devo.

Gambar: Google