Oleh : Bakri Arbie
Dari books google dan sedikit membaca di Perpustakaan Deakin dan Melbourne Universitas ada beberapa info tentang sejarah Gorontalo. Kira-kira ditahun 1511 bisnis regional sudah cukup berkembang yaitu dengan Cina, Jepang di bagian Utara nusantara, sedangkan di bagian Barat, adalah rentetan Turki yang menguasai Timur Tengah, Persia yang menguasai Teluk Persia dan sekitarnya dan satu lagi kerajaan Moghul yang berbasis di India, ketiganya adalah negara Muslim. Sedangkan di Nusantara yang yang dianggap sudah kuat dalam percaturan bisnis maupun kekuasaan adalah Melayu, didaerah Sumatera, Riau dan Malaya, berikutnya adalah Jawa yang berbudaya tinggi dan begitu pula Bugis sudah memegang peranan bisnis dan jiwa maritimnya. Jadi ada tiga kekuatan Nusantara saat itu Melayu, Jawa dan Bugis.
Menurut sejarah bisnis saat itu bercampur dengan perampokan/pembajakan kalau kepepet. Nusantara sudah dimasuki budaya dan agama Hindu,Budha dan kemudian masuk Islam. Bangsa Eropa yang pertama masuk ke Indonesia adalah Portugis dan Spanyol karena mereka sudah mmpunyai teknologi maritim dalam arti teknologi kapal dan navigasi yang lebih maju karena sering bertempur dan interaksi melawan armada negara Islam di Eropa. Kemudian menyusul Belanda dan Inggeris yang tahap awal kalah, namun secara mantap dengan strateginya kedua negara ini kemudian menguasai Asia Tenggara. Khusus tentang adanya 3 benteng di Gorontalo yaitu 1 di dekat danau Limboto dan 2 buah dekat Kwandang.
Menurut literatur yang menulis tentang Bugis, ternyata bisnis dari Jawa Timur melewati Makasar saat itu Ujungpandang menuju ke Utara lewat Filipina menuju ke Jepang dan Cina menumbuhkan jalur bisnis yang sebagian melewati laut dan sebagian melewati darat agar lebih cepat. Alasan lain lagi waktu itu dengan kapal layar antara Sulawesi dan Kalimantan pada bulan tertentu kurang angin sehingga kapal layar tidak jalan. Jalur yang dibina orang Bugis dan Portugis saat itu adalah melewati darat dari Sulawesi Selatan memotong lewat Toraja, menyeberang Teluk Tomini ke Gorontalo dan dengan perahu menuju danau Limboto dan dari Limboto mendarat lagi Kwandang dan disambung ke Filipina menuju Cina dan Jepang. Informasi ini mejawab pertanyaan saya tentang perlunya benteng Otanaha yang menghadap ke danau Limboto. Rupanya pengamanan perlu diperkuat pula karena ada suatu daerah di Atinggola yang orangnya garang dan sering merampok yaitu kerajaan Kaidipan selain adanya suku Moro yang berasal dari Filipina Selatan. Satu hal yang membuat saya mencari Atinggola dari website booksgoogle dan ternyata ada penelitian tentang bahasa Atinggola oleh Ibu Mientje Kasim. Ternyata Atinggola adalah suatu daerah yang strategis di zaman dahulu.
Mengingat pentingnya studi sejarah linguistik saya jadi ingin menghimbau Mbak Titien yang sedang belajar di Melbourne Universitas untuk mempelajari, sejarah Gorontalo dari linguistik. Ternyata ada beberapa bahasa di Filipina yang mirip Gorontalo ada pada masa lampau, sekarang, dan akan datang. Begitu pula pengaruh bahasa Portugis di Gorontalo barangkali terjadi selama periode bisnis Utara Selatan yang masih berjalan lancar. Suku laut Bajau menurut sejarah adalah suku Wajo,Sulawesi Selatan yang mengembara kemana-mana, bahkan hingga Madagaskar dan pantai Afrika Timur. Termasuk suku Bajau di Torosiaje saya kira berasal dari akar yang sama. Suku Bajau ternyata merupakan bagian dari kekuatan Maritim dari Bugis/Sulawesi Selatan.
Demikian sedikit kumpulan info yang perlu dikonfirmasi dan ditelusuri lebih lanjut oleh para ahlinya.
Dari books google dan sedikit membaca di Perpustakaan Deakin dan Melbourne Universitas ada beberapa info tentang sejarah Gorontalo. Kira-kira ditahun 1511 bisnis regional sudah cukup berkembang yaitu dengan Cina, Jepang di bagian Utara nusantara, sedangkan di bagian Barat, adalah rentetan Turki yang menguasai Timur Tengah, Persia yang menguasai Teluk Persia dan sekitarnya dan satu lagi kerajaan Moghul yang berbasis di India, ketiganya adalah negara Muslim. Sedangkan di Nusantara yang yang dianggap sudah kuat dalam percaturan bisnis maupun kekuasaan adalah Melayu, didaerah Sumatera, Riau dan Malaya, berikutnya adalah Jawa yang berbudaya tinggi dan begitu pula Bugis sudah memegang peranan bisnis dan jiwa maritimnya. Jadi ada tiga kekuatan Nusantara saat itu Melayu, Jawa dan Bugis.
Menurut sejarah bisnis saat itu bercampur dengan perampokan/pembajakan kalau kepepet. Nusantara sudah dimasuki budaya dan agama Hindu,Budha dan kemudian masuk Islam. Bangsa Eropa yang pertama masuk ke Indonesia adalah Portugis dan Spanyol karena mereka sudah mmpunyai teknologi maritim dalam arti teknologi kapal dan navigasi yang lebih maju karena sering bertempur dan interaksi melawan armada negara Islam di Eropa. Kemudian menyusul Belanda dan Inggeris yang tahap awal kalah, namun secara mantap dengan strateginya kedua negara ini kemudian menguasai Asia Tenggara. Khusus tentang adanya 3 benteng di Gorontalo yaitu 1 di dekat danau Limboto dan 2 buah dekat Kwandang.
Menurut literatur yang menulis tentang Bugis, ternyata bisnis dari Jawa Timur melewati Makasar saat itu Ujungpandang menuju ke Utara lewat Filipina menuju ke Jepang dan Cina menumbuhkan jalur bisnis yang sebagian melewati laut dan sebagian melewati darat agar lebih cepat. Alasan lain lagi waktu itu dengan kapal layar antara Sulawesi dan Kalimantan pada bulan tertentu kurang angin sehingga kapal layar tidak jalan. Jalur yang dibina orang Bugis dan Portugis saat itu adalah melewati darat dari Sulawesi Selatan memotong lewat Toraja, menyeberang Teluk Tomini ke Gorontalo dan dengan perahu menuju danau Limboto dan dari Limboto mendarat lagi Kwandang dan disambung ke Filipina menuju Cina dan Jepang. Informasi ini mejawab pertanyaan saya tentang perlunya benteng Otanaha yang menghadap ke danau Limboto. Rupanya pengamanan perlu diperkuat pula karena ada suatu daerah di Atinggola yang orangnya garang dan sering merampok yaitu kerajaan Kaidipan selain adanya suku Moro yang berasal dari Filipina Selatan. Satu hal yang membuat saya mencari Atinggola dari website booksgoogle dan ternyata ada penelitian tentang bahasa Atinggola oleh Ibu Mientje Kasim. Ternyata Atinggola adalah suatu daerah yang strategis di zaman dahulu.
Mengingat pentingnya studi sejarah linguistik saya jadi ingin menghimbau Mbak Titien yang sedang belajar di Melbourne Universitas untuk mempelajari, sejarah Gorontalo dari linguistik. Ternyata ada beberapa bahasa di Filipina yang mirip Gorontalo ada pada masa lampau, sekarang, dan akan datang. Begitu pula pengaruh bahasa Portugis di Gorontalo barangkali terjadi selama periode bisnis Utara Selatan yang masih berjalan lancar. Suku laut Bajau menurut sejarah adalah suku Wajo,Sulawesi Selatan yang mengembara kemana-mana, bahkan hingga Madagaskar dan pantai Afrika Timur. Termasuk suku Bajau di Torosiaje saya kira berasal dari akar yang sama. Suku Bajau ternyata merupakan bagian dari kekuatan Maritim dari Bugis/Sulawesi Selatan.
Demikian sedikit kumpulan info yang perlu dikonfirmasi dan ditelusuri lebih lanjut oleh para ahlinya.