Pertunjukan teater kontemporer 'I La Galigo' kembali memukau publik kota Milan, Italia. Grup teater yang terinspirasi dari epik sastra Sureq Galio masyarakat Bugis, Sulawesi Selatan, itu belum lama ini pentas di Tatro Arcimboldi Milano (TAM) kota Milan, Italia selama tiga hari berturut-turut. Beranggotakan 60 seniman dari berbagai daerah di Indonesia, 'I La Galigo' yang disutradari Robert Wilson dari Amerika Serikat, setiap kali pementasan selama tiga jam itu mampu menyedot sekitar 1.300 penonton dengan harga tiket 16-40 euro.Pementasan 'I La Galigo' di Italia tahun ini merupakan untuk kedua kalinya. Pertunjukan pertama tahun 2004 dalam acara Ravenna Festival di Ravenna, Italia. Sukses pertama itu diulang kembali di kota Milan, demikian siaran pers Kedubes RI di Roma, Italia belum lama ini.
Disebutkan, publik di kota Milan sangat mengagumi pementasan itu dan sebagian besar penonton menilai bahwa pementasan teater kontemporer 'I La Galigo' sangat fantastik.
Pertunjukan teater ini telah banyak memukau seni pentas teater kontemporer dunia. 'I La Galigo' pernah digelar di Esplanade, Singapura, Lincoln Center Festival, New York, Het Muziektheatre, Amsterdam, Forum Universal de la Cultures Barcelona, Spayol, Les Nuit de Fourviere Rhone, Perancis, dan Ravenna Festival, Italia.
Pesan dari pementasan 'I La Galigo' adalah bahwa manusia pada awalnya diibaratkan selalu sibuk dengan segala urusannya, namun tidak akan membawa apa-apa ketika meninggal dunia.
Kredit kepada: http://www.budpar.go.id
Disebutkan, publik di kota Milan sangat mengagumi pementasan itu dan sebagian besar penonton menilai bahwa pementasan teater kontemporer 'I La Galigo' sangat fantastik.
Pertunjukan teater ini telah banyak memukau seni pentas teater kontemporer dunia. 'I La Galigo' pernah digelar di Esplanade, Singapura, Lincoln Center Festival, New York, Het Muziektheatre, Amsterdam, Forum Universal de la Cultures Barcelona, Spayol, Les Nuit de Fourviere Rhone, Perancis, dan Ravenna Festival, Italia.
Pesan dari pementasan 'I La Galigo' adalah bahwa manusia pada awalnya diibaratkan selalu sibuk dengan segala urusannya, namun tidak akan membawa apa-apa ketika meninggal dunia.
Kredit kepada: http://www.budpar.go.id