YOGYAKARTA, KOMPAS.com--Sejumlah naskah kuno yang pernah dimiliki beberapa kerajaan masa lalu di Indonesia kini berpindah tangan menjadi milik perseorangan atau perpustakaan di mancanegara, kata petugas bagian mikrofilm Perpustakaan Nasional Muhamad Kodir.
"Banyak naskah kuno yang dulu milik beberapa kerajaan di Indonesia, sekarang menjadi koleksi perpustakaan di luar negeri, salah satunya naskah cerita rakyat dari Sulawesi Selatan La Galigo yang kini berada di Perpustakaan Leiden di Belanda," katanya, di Yogyakarta, Rabu.
Ia mengatakan naskah kuno yang keberadaannya tersebar di berbagai wilayah di Indonesia dapat berpindah kepemilikan karena ketidakpahaman masyarakat di negeri ini tentang nilai yang terkandung pada naskah itu.
"Jika ada orang asing datang dan ingin memilikinya, maka mereka rela melepas setelah disodori sejumlah uang sebagai pengganti naskah kuno tersebut," katanya.
Kodir mengatakan, orang maupun lembaga asing sangat berminat untuk memiliki naskah-naskah peninggalan sejumlah kerajaan di Indonesia, karena mereka memahami kandungan nilai pada naskah tersebut yang kaya informasi serta pengetahuan.
"Berbeda dengan masyarakat kita yang tidak mengerti kandungan nilai naskah kuno itu, dan mereka hanya tahu bahwa naskah yang mereka simpan hanya sebuah buku yang diwariskan secara turun temurun dari ayah, kakek, buyut, dan seterusnya," katanya.
Menurut dia, jika sebuah naskah kuno sudah menjadi milik pihak asing, maka semua informasi yang terkandung di dalamnya mutlak telah berpindah kepemilikan.
"Apabila pihak Indonesia ingin mendapatkan informasi, data, maupun pengetahuan dari naskah yang sudah berpindah kepemilikan, maka akan dipungut biaya oleh pemilik baru," katanya.
Ia mengatakan, untuk mengantisipasi berpindahnya kepemilikan naskah kuno, Perpustakaan Nasional (Perpusnas) sedang gencar melakukan konservasi dan digitalisasi naskah jenis itu yang masih tersebar di seluruh Indonesia.
"Kewenangan Perpusnas diatur dalam Undang-undang Nomor 43 Tahun 2007 tentang Sistem Perpustakaan Nasional," katanya.
Kredit kepada: http://oase.kompas.com
"Banyak naskah kuno yang dulu milik beberapa kerajaan di Indonesia, sekarang menjadi koleksi perpustakaan di luar negeri, salah satunya naskah cerita rakyat dari Sulawesi Selatan La Galigo yang kini berada di Perpustakaan Leiden di Belanda," katanya, di Yogyakarta, Rabu.
Ia mengatakan naskah kuno yang keberadaannya tersebar di berbagai wilayah di Indonesia dapat berpindah kepemilikan karena ketidakpahaman masyarakat di negeri ini tentang nilai yang terkandung pada naskah itu.
"Jika ada orang asing datang dan ingin memilikinya, maka mereka rela melepas setelah disodori sejumlah uang sebagai pengganti naskah kuno tersebut," katanya.
Kodir mengatakan, orang maupun lembaga asing sangat berminat untuk memiliki naskah-naskah peninggalan sejumlah kerajaan di Indonesia, karena mereka memahami kandungan nilai pada naskah tersebut yang kaya informasi serta pengetahuan.
"Berbeda dengan masyarakat kita yang tidak mengerti kandungan nilai naskah kuno itu, dan mereka hanya tahu bahwa naskah yang mereka simpan hanya sebuah buku yang diwariskan secara turun temurun dari ayah, kakek, buyut, dan seterusnya," katanya.
Menurut dia, jika sebuah naskah kuno sudah menjadi milik pihak asing, maka semua informasi yang terkandung di dalamnya mutlak telah berpindah kepemilikan.
"Apabila pihak Indonesia ingin mendapatkan informasi, data, maupun pengetahuan dari naskah yang sudah berpindah kepemilikan, maka akan dipungut biaya oleh pemilik baru," katanya.
Ia mengatakan, untuk mengantisipasi berpindahnya kepemilikan naskah kuno, Perpustakaan Nasional (Perpusnas) sedang gencar melakukan konservasi dan digitalisasi naskah jenis itu yang masih tersebar di seluruh Indonesia.
"Kewenangan Perpusnas diatur dalam Undang-undang Nomor 43 Tahun 2007 tentang Sistem Perpustakaan Nasional," katanya.
Kredit kepada: http://oase.kompas.com